Jumat, 22 September 2017

KERETA API ACEH, LINTAS KRUENG MANE-KRUENG GEUKUEH


Jalur Krueng Mane-Krueng Geukeuh adalah jalur kereta api aktif satu-satunya di Provinsi Aceh yang berada di Kabupaten Aceh Utara.  Jalur ini juga menjadi satu-satunya jalur aktif dengan lebar sepur 1435 mm yang merupakan standar internasional setelah lintas Solo-Madiun tidak lagi digunakan. Rencananya jalur ini akan  diperpanjang untuk menghubungkan antara Kota Lhokseumawe dan Kota Bireuen.

Pembangungan rel kereta oleh Ditjen KA dari tengah ini merupakan tindak lanjut hasil studi dari Perancis mengenai pembangunan KA dari Kota Lhokseumawe ke Bireun. Karena telah ada studinya, Maka Ditjen KA merealisaikan hasil studi itu. Maka perkeretaapian di bumi Serambi Mekah dimulai kembali. Tidak mudah memang mewujudkan kembali KA di kota yang pernah berjaya menghasilkan gas Arun ini. Pemerintah berhasil membangun rel KA sepanjang 11, 3 km.

Sebenarnya jalur KA yang dibangunan pemerintah di Propinsi Aceh ini juga belum sesuai kebutuhan transportasi. Jalur yang dibuat tanggung, belum menghubungkan satu kota ke kota lain. Dengan demikian maka tidak jelas untuk mengangkut apa tujuan ke mana KA ini akan dioperasikan. Bila difungsikan sebagai angkutan penumpang jalur KA ini akan menyulitkan karena masih terbatas hanya 11,3 km yang menghubungkan tiga stasiun, Krueng Geukeuh - Bungkaih dan Krueng Mane. Tiga stasiun ini belum memberikan nilai bagi masyarakat sebagai sarana bertransportasi, karena belum dapat memenuhi tuntutan umum bertransportasi untuk menghubungkan satu kota dengan kota lainnya di Propinsi Aceh.
 

Selain itu, lintas ini berada di lokasi padat penduduk sehingga banyak sekali perlintasan liar yang sebidang, terutama perlintasan yang menjadi jalan akses warga. Data dari crew JJ menyebutkan ada kurang lebih 250 perlintasan di sepanjang jalur KA dan hanya 5 yang dijaga. Selain perlintasan liar di lintas ini pun banyak hewan ternak yang berkeliaran sehingga terkadang KA pun harus berhenti agar tidak menabrak kawanan hewan tersebut. Di lintas ini pun belum terpasang prasarana persinyalan dan telekomunikasi untuk operasional KA. Oleh karena itu, kecepatan operasional KA pun dibatasi hanya 30 km/jam sehingga menjadikan waktu tempuh sekitar 30 Menit
Salah satu perlintasan liar di jalur Krueng Mane-Krueng Geukeuh. Foto: Analisa/Khaddin


Sarana perkeretaapian di Provinsi Aceh memang sangat sedikit jumlahnya, hanya sebuah rangkaian Kereta Rel Diesel – Indonesia (KRDI) dan kereta penolong buatan PT Industri Kereta Api (INKA).

Lokomotif C 301 semasa masih berdinas.


Saat era PNKA (Perusahaan Negara Kereta Api), Aceh memiliki sekitar 8 unit lokomotif diesel C 301 dengan lebar rel 750 mm atau biasa di sebut narrow-gauge. Setelah lokomotif uap di nilai mulai ketinggalan zaman pada tahun 1960an awal, PNKA waktu itu berinisiatif untuk mendatangkan lok diesel ke jalur rel aceh sebagai  moderenisasi armada lokomotif. Berhubung lebar rel yang sempit dan berbeda standar ukuranya dengan rel di Indonesia pada umumnya. PNKA memesan lokomotif Diesel Khusus kepada NCM Holland untuk moderenisasi tersebut. Lokomotif ini menggunakan mesin diesel GM 8V 71 NGO dengan daya mesin 260 Hp dan untuk transmisinya menggunakan Sistem Hidrolik Nigata DBG-115.  

Lok C 310 di Pabriknya, NCM Holland, Belanda


Untuk urusan bobot, lokomotif ini tergolong ringan dengan berat kosong 13,85 Ton, sedangkan berat siap 14,42 Ton. Sistem penggerak rodanya menggunakan batang Rod seperti pada model lokomotif C300/D300/D301. 

Dari seluruh unit lokomotif C301 yang pernah di datangkan ke aceh dari NCM Holland – Belanda, saat ini tidak tersisa satupun, semua habis di Scrap menjadi besi tua. 

KRDI Aceh


KRDI Aceh. Foto: Koleksi DR1RF

Rangkaian KRDI ini dinamakan KA Cut Meutia yang melayani perjalanan dari stasiun Krueng Mane-Krueng Bungkaih-Krueng Geukueh. Rangkaian ini buatan PT INKA, seangkatan dengan rangkaian KRDI Banyubiru dan KRDI Kaligung yang pernah berdinas di Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang. Bedanya hanyalah pada lebar sepur (gauge) yang digunakan dan jumlah kereta pada rangkaian, dimana rangkaian KRDI Aceh menggunakan lebar sepur standar internasional, 1435 mm dan hanya memiliki formasi 2 kereta (KRDI-3 08209 & KRDI-3 08210) sedangkan rangkaian KRDI lainnya memiliki lebar sepur sempit, 1067 mm dan berformasi 4 kereta.Setiap gerbong punya empat pintu, termasuk ruang masinis. Pada tiap-tiap gerbong tertulis “KRDI-3 08209” dan “KRDI-3 08210”. Di dinding bagian dalam ada tulisan “Kelas-3, 64 Penumpang”. 

Rangkaian KRDI Aceh seharga 19,5 milyar ini tiba melalui pelabuhan Krueng Geukueh pada Desember 2008 silam. Meski dibuat oleh PT Industri Kereta Api (INKA) di Madiun, Jawa Timur, mesin diesel dan remnya dipesan khusus dari Jerman, Prancis, dan Singapura. Berkapasitas 64 kursi dan memuat 200 penumpang berdiri, kereta itu jenis KRDI, Kereta Rel Diesel Indonesia. Dari namanya dapat ditebak, kereta itu digerakkan mesin diesel. Kereta jenis ini biasanya melayani rute jarak pendek, sekitar 20 hingga 30 kilometer dengan kecepatan maksimum 120 kilometer per jam. 

Kereta api ini pertama kali diujicobakan tanggal 1 Desember 2013. Selama sebulan masyarakat diberi kesempatan naik secara gratis. Kemudian kereta ini berhenti beroperasi pada bulan Juli 2014 karena okupansinya sepi penumpang. Rangkaianya saat itu diistirahat di depo Bungkaih. Prasarana perkeretaapian pada lintas ini memiliki lebar sepur (gauge) 1.435 mm berbeda dengan prasarana perkeretaapian yang ada di Pulau Jawa yang menggunakan lebar sepur (gauge) 1.067 mm. Dalam sekali perjalanannya KA tersebut mampu mengangkut 192 penumpang dengan waktu tempuh 32 menit.

Pada tanggal 3 November 2016, KA Perintis Aceh resmi beroperasi kembali untuk melayani masyarakat dengan rute Krueng Mane - Krueng Geukueh dengan nama KA Cut Meutia.Nama KA Cut Meutia diambil dari nama seorang tokoh pahlawan dalam sejarah daerah Aceh, yaitu Cut Nyak Meutia merupakan tokoh pahlawan nasional Indonesia dari daerah Aceh.

PT Kereta Api Indonesia (KAI) kembali mengoperasikan Kereta Api Cut Meutia (pengganti nama KA Perintis Aceh). Kereta api Cut Meutia tersebut akan menempuh rute Krueng Mane–Bungkah–Krueng Geukueh, dengan jarak 11,3 + 2 = 11,5 kilo meter. Peresmian pengoperasian kembali KA Cut Meutia dilaksanakan di Stasiun Cut Meutia, Krueng Mane. pengoperasian KRDI merupakan tonggak sejarah baru, soalnya sejak 1974 kereta api di aceh terhenti.

KA Cut Meutia dalam sekali perjalanannya mampu mengangkut 192 penumpang dengan waktu tempuh 32 menit. Masyarakat yang ingin menggunakan layanan jasa angkutan KA Cut Meutia dapat membeli tiket di stasiun seharga seribu rupiah.
KRDI Perintis Aceh dengan jenis KRDI akan beroperasi 10 kali perjalanan sehari dari Stasiun Bungkaih, 8 kali perjalanan dari Stasiun Krueng Mane dan 8 kali perjalanan sehari dari Stasiun Krueng Geukueh. Masyarakat yang ingin menggunakan layanan jasa angkutan KA Cut Meutia dapat membeli tiket di stasiun seharga Rp 1.000,-. Besaran tarif tersebut diharapkan bisa dijangkau dan menarik minat masyarakat menggunakan transportasi kereta api

Pada awal beroperasi, tiket gratis. Selama Kembali Beroperasi KA Cut Meutia. Namun, tarifnya turun saat ini sebesar Rp1.000 dan tidak disubsidi pemerintah. 

Jadwal KRDI Aceh sesuai GAPEKA 2017. Sumber DR1RF

Jalur di wilayah Sub. Divre 1 Aceh semenjak awal dioperasikan kembali, banyak anak – anak dari sekolah TK dan SD yang berwisata menggunakan moda transportasi KA ini, manfaatnya selain berwisata juga mengenalkan, mengedukasi serta menumbuhkan kecintaan terhadap Kereta Api. Selama perjalanan anak – anak diedukasi tentang Kereta Api dan tentang bagaimana cara mengoperasikan kereta api. Anak – anak ini pun diimbau untuk tidak bermain di sekitar lintasan KA karena merupakan hal yang sangat berbahaya.

Selain anak – anak TK dan SD banyak pula warga yang jauh – jauh datang dari wilayah lain seperti Bireun, Lhokseumawe bahkan Sigli untuk mencoba naik KA yang tiketnya hanya seharga 1000 rupiah ini, selain mengobati penasaran mungkin bagi warga yang lainnya juga ingin bernostalgia naik KA seperti pada saat era Atjeh Tram bergauge 750 mm beroperasi di Provinsi Aceh. Sekedar informasi, di akhir pekan dan hari libur KA ini benar – benar menjadi “KA Wisata” karena pada hari libur okupansi penumpangnya sangat ramai sampai tiket yang dijual pun habis tak tersisa!.

Semoga KRDI ini tidak bernasib sama dengan Gerbong Penolong 1435 mm yang dikirim ke Sulawesi.
Stasiun Krueng Mane

Stasiun Krueng Mane. Foto: Koleksi DR1RF


Stasiun Krueng Mane (KEM+16m) merupakan stasiun awal (Kilometer 0+000) di lintas ini dan juga titik awal pembangunan jalur KA menuju Bireun. Stasiun yang berada di Kecamatan Muara Batu di Kabupaten Aceh Utara ini juga hanya berjarak kurang lebih 100 m dari bibir pantai yang menghadap langsung ke Selat Malaka dengan ketinggian 16 meter dari permukaan laut. 

KRDI Aceh di Stasiun Krueng Mane. Foto: Suro Railfans

Stasiun ini berada di Cot Seurani, Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara. Stasiun ini dibangun pada tahun 2013 untuk tahap reaktifikasi jalur kereta api di Sub Divre 1 Aceh yang telah dinonaktifkan sejak tahun 1970-an.

Stasiun Bungkaih
Stasiun Bungkaih. Foto: Koleksi DR1RF

Stasiun Bungkaih (BKH+7m) adalah stasiun dengan ketinggian 7 m diatas permukaan laut ini berada di Desa Bungkaih, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara. Stasiun ini merupakan stasiun yang berada ditengah-tengah antara Krueng Mane dan Krueng Geukuh. Stasiun ini memiliki dua jalur kereta dengan lebar rel 1435 mm. Tidak jauh dari stasiun ini terdapat sebuah Dipo tempat pemeliharaan sarana KRD yang beroperasi di lintas ini.

Dipo KRDI Bungkaih 
Dipo Bungkaih menjadi lokasi tempat penyimpanan dan perawatan KRDI Aceh. Lokasi dipo ini berada tak jauh dari Stasiun Bungkaih.








Stasiun Krueng Geukuh (KEG+9M)
Stasiun terakhir di lintas ini, berada di Kota Krueng Geukeh dan bersebelahan dengan Pelabuhan Kreung Geukeh, Aceh Utara dengan ketinggian 9 meter diatas permukaan laut. Di Stasiun ini pula terdapat Gerbong Penolong yang baru tiba di Aceh pada bulan Februari 2015 lalu.
 




Bangunan eks Stasiun Krueng Geukeuh era Aceh Tram. Foto: Koleksi DR1RF

Gerbong Penolong NR 1435 mm
Gerbong Penolong ini merupakan sebuah gerbong tanpa kursi yang di gunakan untuk bantuan evakuasi ketika Kereta Api Anjlok, Kecelakaan (PLH), Rel retak/putus, atau hal-hal yang bersangkutan dengan proses perjalanan kereta Api di lapangan adalah tugas si gerbong penolong ini.  Gerbong ini buatan PT INKA senilai 4,3 Milyar yang menggunakan lebar spur 1435 mm sehingga menjadi satu-satunya di Indonesia. Gerbong Penolong ini menggunakan peralatan abar tangan sehingga kode gerbongnya NR.

Rombongan PT KAI Divre 1 Sumatera Utara saat meninjau kelayakan gerbong penolong NR Aceh. Foto:Pelita8/R.Mirza
NR 1435mm terparkir di Bungkaih. Foto: Koleksi DR1RF
Track Motor Car dengan lebar 1435 mm yang ada di jaringan KA Sulawesi. Foto: M Abdiwan

Seiring dengan berjalannya waktu, Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan kemudian memindahkan gerbong kereta penolong dari Lhokseumawe, Aceh, ke Sulawesi Selatan. Gerbong yang terparkir di Aceh sejak akhir 2014 ini dipindahkan karena tidak dapat dioperasikan lantaran tidak memiliki tenaga penggerak (engine). Alat penggerak gerbong yang dimaksud adalah Track Motor Car (TMC). Untuk sementara, TMC dengan jalur 1435 saat ini hanya ada di Sulawesi Selatan.

Mengingat Pertengahan Oktober ada soft launching kereta api Trans Sulawesi dengan lebar rel 1433 mm. Gerbong yang cocok untuk bantalan rel kereta api yang dibangun di daerah ini hanya ada di Aceh sehingga harus dilakukan pemindahan.

Dikutip dari Berbagai Sumber